Laman

Sabtu, 28 Desember 2013

MAKESTA PR. KAUMAN WIRADESA

alhamdu lillah dengan rahmat dan ridlo Allah SWT PR. KAUMAN WIRADESA baru saja melaksanakan MAKESTA pada tanggal 27-29 des 2013 yg bertempat di SMKI 45 kauman wiradesa, dan harapannya semoga  peserta yg baru saja di bai'at bisa menjadi kader muda NU yg militan, dan bisa memanfaatkan ilmu yg mereka dapatkan, amin ya Robbal 'alamin...


dengan khusyuk para peserta mendengakan materi yg di sampaikan tim fasilitator




pembai'atan peserta MAKESTA PR. KAUMAN




Minggu, 22 Desember 2013

Sejarah hari ibu

22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Namun, tahukah Anda sejarah Hari Ibu sampai ditetapkan sebagai perayaan nasional?

 Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.
Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.

Sementara di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia,Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia,  Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother’s Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (dalam bahasa Inggris) diperingati setiap tanggal8 Maret.
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini,Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun .Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulabohsampai Ternate.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1946. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

nah, jadi gitu ternyata sejarahnya ya, dan mumpung ini masih hari ibu, saya mau mengucapkan selamat hari ibu ubtuk ibu saya dan semua ibu ibu luar biasa di Indonesia. kalian luar biasa :* love u mom :*

Jumat, 20 Desember 2013

PELANTIKAN DAN RAKER I PAC IPNU IPPNU KEC. WIRADESA

Alhamdu lillah kemarin tepatnya tanggal 20 des 2013 kita PAC IPNU-IPPNU KEC. WIRADESA sukses melaksanakan PELANTIKAN DAN RAKER I,
Semoga kita bisa melaksanakan tanggung jawab kita sebagai pengurus baru yg bukan hanya mampu, tp yang mampu dan mau bekerja maksimal, dan semoga kita bisa melaksanakan apa yang telah kita agendakan, dan bukan hanya menjadi hitam di atas putih tp bisa terealisasi dengan nyata dan bisa membawa manfa'at untuk kita khususnya dna untuk masyarakat pada umumnya..

 detik detik pelantikan PAC IPPNU KEC. WIRADESA
detik detik pelantikan PAC IPNU KEC. WIRADESA
 sidang PENGURUS HARIAN
 sidang LEMBAGA PEMBERDAYAAN SUMBER EKONONI
 sidang DEP. ORGANISASI DAN KADERISASI

 sidang DEP. DAKWAH DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
 sidang LEMB. INFOKOM
 sidang DEP. SENI BUDAYA DAN OLAHRAGA
 sidang LEMB. CBP-KPP
sidang PLENO GABUNGAN

Rabu, 18 Desember 2013

Kisah Mengharukan Ahmad Izzah Al-Andalusy

Suatu saat pada tahun 1525. Matahari mulai tenggelam di daerah Andalusia. Seorang pemuda melewati beberapa sel yang ada dalam sebuah kompleks tahanan tak jauh dari Grenada, ibukota Keemiran Grenada yang runtuh pada 1492 setelah reconquista Spanyol. Nama pemuda itu adalah Adolf Roberto. Badannya yang tegap, gagah dan tinggi besar membuat seluruh tahanan muslim takut dan membungkuk ketika ia melewati sel-sel mereka.
Adolf terus saja berjalan mengawasi para tahanan. Hingga beberapa langkah kemudian ia mendengar suara yang nampaknya cukup mengganggu telinganya. Ia meminta anak buahnya untuk mencari asal suara tersebut.
Setelah ditelusuri ternyata suara itu berasal dari sebuah bilik tahanan yang ukurannya sekadar cukup untuk satu orang. Di dalamnya ada orang tua renta yang badannya hanya tinggal tulang dan kulit. Beberapa lantunan suara lembut keluar dari mulutnya. Tetapi bagi Adolf suara itu membuat telinganya gatal.
Adolf kemudian membentak orang tua itu, "Hai orang tua busuk! Hentikan kata-kata burukmu yang berisik itu atau kau akan kuseret."
Orang tua itu tak menggubris apa yang dikatakan Adolf. Ia tetap saja melantunkan suara-suara indahnya. Bahkan semakin lama-semakin khusyuk.
Lalu Adolf memerintahkan seorang anak buahnya membuka sel orang tua itu. Diseretnya tubuh lemah orang itu dari dalam ruang tahanannya.
Beberapa orang tahanan yang lain serentak berteriak, "Tenanglah wahai ustadz. Surga Allah telah menantimu. Allahu Akbar!"
"Diam kalian semua!" Adolf mencoba menghentikan kegaduhan para tahanan.
Ia berkata pada orang tua itu, "Ingatlah! Andalusia sekarang telah di bawah kekuasaan Kristen. Dan kau, aku tak segan-segan membunuhmu sekarang."
"Bunuh saja aku. Aku sama sekali tak takut mati. Aku sudah lama merindukan Tuhanku, Allah." kata orang tua itu dengan tenangnya.
Tanpa rasa belas kasihan pun ia menyentuhkan ujung rokoknya ke tubuh orang tua tersebut yang ternyata adalah seorang ustadz. Namun sang ustadz seperti tak merasakan sakit sama sekali. Merasa tak puas dengan siksaan yang ia lakukan, Adolf pun menghantamkan sepatu bootnya yang berbobot dua kilogram ke wajah pucat sang ustadz hingga ia tersungkur lemas. Darah pun berlumuran di seluruh wajah ustadz tersebut.
Tiba-tiba sebuah buku kecil keluar dari kantong sang ustadz. Spontan Adolf mencoba mengambil buku tersebut.
"Kau orang najis! Haram kau memegang kitab suci ini." teriak ustadz tersebut sambil mendekap buku itu di kedua tangannya erat-erat.
Adolf marah dan diinjaknya jari-jari lemah sang ustadz. Suara tulang-tulang yang patah dari jari-jari ustadz terdengar menggetarkan hati, namun tidak bagi Adolf. Tanpa ada daya, sang ustadz merelakan bukunya diambil oleh si sipir yang bengis itu.
Adolf terkejut ketika ia melihat tulisan-tulisan asing yang ada pada buku tersebut. Namun ia merasa pernah mengenali tulisan-tulisan itu. Sejenak ia berkata dalam hatinya, "Sepertinya aku pernah mengenali tulisan-tulisan ini. Tapi kapan ya?"
Rasa ingin tahu yang dalam mulai merasuki hatinya. Sebuah tanda tanya besar terbersit di pikirannya. Ia kembali mengingat-ingat kapan terakhir ia membaca tulisan-tulisan aneh itu. Tiba-tiba saja mulutnya berucap, "Alif, ba', ta', tsa'."
"Ya, ya, aku ingat. Saat aku kecil aku pernah membacanya."
Di dalam pikirannya Adolf melihat pemandangan paling mengerikan dalam hidupnya dimana umat Islam Andalusia dibantai habis-habisan oleh orang-orang Spanyol di sebuah lapangan. Di sisi kiri lapangan itu tampak para wanita digantung pada tiang-tiang. Sedangkan di tengah-tengah lapangan tepat terdapat tumpukan kayu tempat para pemuda disalib dan dibakar hidup-hidup. Sungguh pemandangan yang mengerikan terbersit di kepalanya.
Seorang anak kecil berlari mendekati tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa digantung pada tiang kayu dengan tali. Kepolosannya mengalahkan ketakutan dari siksaan yang dilakukan oleh orang-orang Spanyol terhadap keluarganya.
"Ibu, ibu, ayo kita pulang! Ibu kemarin kan berjanji akan mengajariku alif ba' ta' tsa'." Kata anak itu dengan polosnya. Ia tak tahu bahwa ibunya telah meninggal.
Ia tak mencari dan memanggil ayahnya. Ia tahu kemarin sore ayahnya diseret oleh dua orang berseragam saat sedang beribadah.
Lalu anak itu menangis tersedu-sedu setelah tahu ibunya telah tiada. Seorang tentara bertubuh tinggi mendekatinya dan bertanya, "Siapa namamu, Nak? Kenapa kau disini?".
"Aku Ahmad Izzah. Aku menunggu ibuku."
"Nama yang buruk. Sekarang namamu kuganti menjadi lebih baik, Adolf Roberto. Kau ikuti aku ke gereja biar kau dirawat oleh para pendeta di sana."
Ahmad Izzah yang kemudian menjadi Adolf Roberto mengikuti tentara itu ke gereja. Sejak saat itu ia dirawat di lingkungan Kristen.
Saat tersadar Adolf teringat pada ayahnya. Ia ingat ayahnya punya tanda hitam di pusarnya. Segera saja ia merobek baju sang ustadz. Dicarinya tanda hitam di pusar ustadz itu. Ternyata sang ustadz memiliki tanda hitam di pusarnya, persis seperti ayahnya dulu.
Seketika Adolf memeluk tubuh sang ustadz dan meneteskan air matanya. Ia meminta maaf pada sang ustadz yang ternyata adalah ayah kandungnya sendiri. Sikapnya yang arogan dan kejam tiba-tiba meluluh saat ia bertemu ayahnya. Ia juga teringat bahwa buku yang direbutnya dari sang ustadz adalah Al-Qur'an yang dulu selalu dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya.
Mendengar suara tangisan si sipir, ustadz tersebut terkejut dan segera menyadari bahwa yang ada di depannya tersebut adalah anak kandungnya, Ahmad Izzah. Ia pun menangis pula, terharu bahwa ia bisa bertemu putranya setelah berpisah berpuluh-puluh tahun lamanya.
"Ayah, aku ingat, alif, ba', ta', tsa." Adolf mengeja huruf-huruf Arab yang diketahuinya seperti saat ia kecil.
"Tunjukkanlah padaku jalan yang kau tempuh itu ayah. Aku ingin kembali kepada kebenaran." kata Adolf lirih.
Dengan susah payah dan napas yang terengah-engah ayahnya yang sedang mendekati ajal berpesan kepada Adolf, "Putraku, pergilah kamu ke Mesir. Di sana banyak sekali ustadz-ustadz dan syaikh-syaikh yang mampu mengajarimu tentang Islam. Di sana banyak pula kerabat-kerabat kita. Katakan saja pada mereka kau kenal dengan Syaikh Ismail Al-Andalusy. Semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus kepadamu."
Tiba-tiba sang ustadz sadar bahwa ajalnya sudah semakin dekat. Ia pun mengucapkan syahadat "Asyhadu an-la ilaha illa-llah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuluh."
Sang ustadz pun pulang ke hadirat-Nya tepat saat ia berada pada puncak kerinduan dengan putranya. Setelah itu Adolf mengusap wajah ayahnya dan menangis sedih sekaligus terharu. Tak percaya atas kejadian yang ia alami saat itu.
Setelah peristiwa mengharukan itu, Adolf Roberto, seorang sipir penjara yang dikenal bengis dan kejam mengganti namanya menjadi Ahmad Izzah sesuai dengan nama kecil yang diberikan ayahnya. Ia pun bertaubat dan berjanji untuk memperjuangkan Islam sebagaimana ayahnya dulu ketika berjuang melawan kebiadaban tentara Kristen Spanyol.
Ahmad Izzah pun pergi ke Mesir sebagaimana perintah ayahnya. Di sana ia bertemu banyak ustadz dan syaikh yang mengajarinya ilmu agama. Kecerdasan yang dimilikinya membuat Ahmad Izzah cepat menyerap ilmu yang diberikan gurunya. Hanya dalam waktu beberapa tahun ia sudah menghafal Al-Qur'an dan menjadi seorang syaikh terkemuka di Mesir. Sejak saat itu ia dikenal sebagai Syaikh Ahmad Izzah Al-Andalusy. Gelarnya, Al-Andalusy merupakan julukan yang diberikan gurunya karena ia berasal dari negeri Andalusia.

Susunan Pengurus PAC IPPNU Kecamatan Wiradesa Periode XVIII Masa Khidmat 2013-2015

SUSUNAN PENGURUS
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA’
KECAMATAN WIRADESA
PERIODE 2013 – 2015

  1. Pelindung                                    : MWC NU WIRADESA
  2. Pembina                                      : Uswatun Khasanah                       ( Waru Lor )
                                                            Siti Mamlakhah                             ( Kadipaten )
                                                            Dewi Sumiasih                              ( Waru Lor )
                                                            Anisatul Ula                                  ( Mayangan )

  1. Pengurus Harian                          :
Ketua                                          : Nur Banati Sa’adah                    ( Karangjati )
Wakil Ketua I                             : Siti Zuhrotunnisa’                         ( Wiradesa   )
Wakil Ketua II                            : Kardina Ayu Agustin                   ( Karangjati )
Sekretaris                                   : Ratih Sumirah                             ( Bondansari )
Wakil Sekretaris                          : Dzikriyati Solikhah                       (Petukangan )
Bendahara                                 : Risqa Aprilliany                          ( Kauman  )
Wakil Bendahara                        : Nur Zubaedah                               ( Kemplong )

  1. Departemen – Departemen
Ø  Departemen Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi
Koordinator                         : Mahdalina                                  ( Karangjati )
                  Anggota                                : a. Umi Kulsum                              ( Waru Lor )
                                                            b. Mu’amalatun Kholilah              ( Kadipaten )
                                                c. Tri Puji Agustina                       ( Pekuncen )
                                                                  d. Eka Lestari                                ( Petukangan )
                                                                  e. Melan                                        (Bondansari)

Ø  Departemen Budaya dan Olahraga
Koordinator                         : Mariyatul Qibtiyah                     ( Kampil )
Anggota                                : a. Failasufah                                  ( Gumawang )
                                                            b. Nur Khasanah                           ( Waru Lor )
                                                c. Laelatun Khasanah                    ( Delegtukang )
                                                d. Mariyatul Jamilah                     ( Bondansari )
                                                e. Nur Khikmah                            ( Gumawang )

Ø  Departemen Dakwah dan Pengabdian Masyarakat
Koordinator                         : Umi Farida                                  ( Gumawang )
Anggota                                : a. Nur Laela                                  ( Wiradesa )
                                                b. Umaroh                                     ( Wiradesa )
                                                c. Luluk Maziyah                          ( Pekuncen )
                                                d. Muslikha                                   ( Kadipaten )
                                                e . Muelani                                    (Kemplong)

  1. Lembaga – Lembaga
Ø  Lembaga Pengembanga Sumber Ekonomi
Koordinator                         : Umi Arifah                                  ( Karangjati)
Anggota                                : a. Indah Suryaningrum                 ( Kampil )
                                                b. Khafidhotun Khasanah             ( Waru Lor )
                                                c. Lailatul Lutfa                            ( Kemplong )
                                                d. Rohmatul Husna                       ( Waru Lor )
                                                e. Zuriya                                        ( Kemplong )
                                                f. Ana                                            (Kemplong)

Ø  Lembaga Informasi dan Komunikasi
Koordinator                         :  Elsa Mursida                              ( Kauman )
Anggota                                : a. Desi  Nur Laeli                          ( Gumawang )
                                                b. Nisa’ul Muslimah                      ( Pekuncen )
                                                c. Ulfa Fitrotussani                       ( Kauman )
                                                d. Frida                                         ( Kampil )
                                                e. Wiwik Susilowati                      ( Petukangan )

Ø  Lembaga Korps Kepanduan Putri ( KPP )
Koordinator                         : Nurul Achadiah                          ( Mayangan )
Anggota                                : a. Endang sugiarti                         ( Delegtukang )
                                              b. Ris                                             ( Delegtukang )
                                              c. Nisdalia Husada                        ( Bondansari )
                                              d. Roikhatul Jannah                      ( Mayangan )

                                              e. Qona’ah                                     (Waru Kidul)

Susunan Pengurus PAC IPNU Kecamatan Wiradesa Periode XVIII Masa khidmat 2013-2015


SUSUNAN PENGURUS
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA’
KECAMATAN WIRADESA
PERIODE XVIII MASA KHIDMAT 2013 – 2015

  1. Pelindung                                    : MWC NU WIRADESA
Pembina                                            : Al Mukhlis                                      ( Waru Lor )
                                                            M. Syukron                                   ( Gumawang )
                                                            Rifki Hanif                                     ( Kauman )
                                                            Wachid Adnan                              (Karangjati)
  1. Pengurus Harian                         
Ketua                                          : M. Shokhikhul Mubin               ( Waru Lor )
Wakil Ketua I                             : A. Maulal Hakim                            ( Kauman   )
Wakil Ketua II                            : M. Supriyadi                                  ( Waru Lor )
Sekretaris                                   : Muh. Khairurodhi                     ( Delegtukang )
Wakil Sekretaris                          : M. Aanis                                       ( Pekuncen )
Bendahara                                 : M. Khoirul Huda                        ( Kadipaten  )
Wakil Bendahara                        : Nurul Huda                                    ( Waru Lor )

  1. Departemen – Departemen
Ø  Departemen Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi
Koordinator                         :M. Abdu Rizal                            ( Petukangan )
                  Anggota                                : a. M. Kamaludin                           ( Kemplong )
                                                            b. Lutfi Maulana                          ( Gumawang )
                                                c. Abdul Hadi                              ( Kadipaten )
                                                                  d. Teguh Raharjo                         ( Kauman )
                                                                  e. M. Bagus Ulin Nuha                ( Kampil )
                                                                  f. M. Muhlisin                              (Waru Lor )
Ø  Departemen Seni Budaya
Koordinator                         : M. Ja’far Shodiq                       ( Wiradesa )
Anggota                                : a. M. Saiful                                   ( Wiradesa )
                                                            b. M. Turrohim                            ( Petukangan )
                                                c. Samhadi                                  ( Wiradesa )
                                                d. Dhani Fasiludin                       ( Karangjati )
                                            e. Rosadi                                        ( Kadipaten )
                                            f. Khafidz Kirom                             ( Wiradesa )
                                            g. M. Ma’ruf                                   ( Waru Lor )          
Ø  Departemen Dakwah dan Pengabdian Masyarakat
Koordinator                         : Raharjo Prasetyo                      ( Pekuncen )
Anggota                                : a. A. Sodiq                                   ( Pekuncen )
                                                b. Saiful Amin                              ( Kauman )
                                                c. Rofi’ul Alim                              ( Wiradesa )
                                                d. Misbahur Ridlo                        ( Gumawang )
                                                e. Fatkhudin                                 ( Pekuncen )
                                                f. Ahmad Fauzi                            ( Bondan sari )
                                               g. Zuhdi Khaqiqi                          ( Karangjati )
  1. Lembaga – Lembaga
Ø  Lembaga Pengembanga Sumber Ekonomi
Koordinator                         :Heri Kiswanto                              (kampil)
Anggota                                : a. A. Basit                                    ( Kemplong )
                                               b. Fathul amin                              ( Kemplong )
                                               c. Yusuf Arifudin                         ( Pekuncen )
                                               d. Mukhafidzin                            ( Kampil )
                                               e.M. Mirza                                 ( Mayangan )
                                                f. M. Atho’                                    ( Kauman )
Ø  Lembaga Informasi dan Komunikasi
Koordinator                         : Ahmad Taqyudin                       ( Pekuncen )
Anggota                                : a. Dedi Setiawan                          ( Delegtukang )
                                               b. Kasbi’in                                  ( Delegtukang )
                                               c. A. Saiful                                   ( Kauman )
                                               d. M. Shobirin                             (Petukangan)
                                              e. Khoirudin                                  ( Waru kidul )
Ø  Lembaga Corps Brigade Pembangunan ( CBP )
Koordinator                         : Khoirul Iswanto                       ( Delegtukang )
Anggota                                : a. M. Khurozi                             ( Delegtukang )
                                              b. Dedi M. aziz                             ( Delegtukang )
                                              c. M. Mahlul Ulum                        ( Kampil )
                                              d. firman                                     ( Gumawang )
                                                                e. Zainudin                                  ( Waru Kidul )

Jumat, 06 Desember 2013

Sekilas Kelahiran IPNU

Sekilas kelahiran IPNU, 1954

Tahun 1373 H. atau bertepatan dengan 1954 M. adalah babakan new era bagi perjalanan generasi muda NU yang tergabung dalam IPNU. Sebelum menggunakan nama IPNU, kegiatan mereka di berbagai tempat bermacam-macam. Sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, diba’/ berjanji, dst. Kelompok pelajar seperti itu lebih banyak ditemui di pesantran-pesantren dan di kampung-kampung. Sebagian lagi, kelompok muda NU mengadakan di Sekolah-Pesantren, Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi. Sekalipun tergolong masih kecil jumlahnya.

Pendirian IPNU pada tahun tersebut, bukan tanpa proses. Beberapa kegiatan yang telah disebut di atas. Sisi lainya adalah dengan melalui musyawarah yang intensif, antara para kyai pesantren, pengurus NU dan lembaga pendidikan Ma’arif NU. Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah kontribusi pemikiran aktivis kaum pelajar NU, lebih khusus di Pesantren atau Sekolah.

Pilihan nama organisasi juga melalui proses. Bukti historis proses tersebut sebagai berikut: beberapa tahun sebelumnya terdapat keragaman nama bagi perkumpulan pelajar NU, seprti Tsamratul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, PERSANO (Persatuan Santri Nahdlotul Oelama) tahun 1945, Persatuan Murid NU tahun 1945 di Malang, Ijtima-ulth Tholabiyyah tahun 1945 di Madura, ITNO (Ijtimatul Tholabah NO) tahuan 1946 di SUmbawa, PERPENO (Persatuan Pelajar NO) di Kediri 1953, IPINO (IKatan Pelajar NO) dan IPENO tahun 1954 di Medan, dll.

Mengingat perkumpulan tersebut satu sama lain kurang saling mengenal, karena kelahiran mereka atas inisiatif dan kreatifitas mereka sendiri. Maka, maka dibutuhkan wadah yang sama dan satu induk. Satu hal yang sewarna dan sejalan adalah pijakan pada dasar keyakinan Islam Ahlusunnah Wal jama’ah. Juga atas dasar kebersamaan dan persatuan (ukhwah) sesama umat Islam pemegang tradisi. Karena itu, IPNU merupakan induk dan satu-satunya organisasi NU yang menangani kaum muda NU tingkat pelajar NU, termasuk di Perguruan Tinggi.

Tepat tanggal 24 Pebruari 1954 M. bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H. di Semarang, pada konferensi besar Ma’arif NU se-Indonesia menyepakati nama IPNU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagai satu-satunya wadah berhimpun dan berkreasi Pelajar, Mahasiswa, Santri dan remaja baik di Pesantren, Madrasah/sekolah maupun Perguruan Tinggi. Gagasan ini dipelopori oleh Tolhah Mansur (Fak. Hukum UGM), Fadlan AGN ( Fisipol UGM ) dari Jatim, Mustahal Achmad Masyhud (Solo) Sufyan Kholil dan Abdul Ghoni Farida (Semarang) yang pada akhirnya dalam Konferensi tersebut Mohammad Tolchah Mansur ditetapkan sebagai ketua ummnya. Gagasan tersebut muncul karena memandang perlunya penyatuan elemen gerak berbagai organisasi pelajar NU dalam satu wadah agar lebih solid. Sejak saat itu, upaya pengembangan cabang terus dilakukan hingga berdiri lima cabang yang dikenal dengan PANCA DAERAH (Jombang, Solo, Kediri, Semarang dan Yogyakarta )

Menindaklanjuti ketetapan Konbes Ma’arif itu, para pengurus mengadakan konferensi lima daerah; Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Jombang dan Kediri. Di Surakarta tanggal 29 April – 1 Mei 1954. putusan-putusan penting pun dihasilkan; selain merumuskan tujuan, PD PRT, juga menetapkan Tolchah Mansur sebagai ketua umum Pimpinan Pusat IPNU dan menetapkan kota Yogyakarta sebagai kantor pusat organisasi. Mendapat pengakuan resmi sebagai bagian NU pada Muktamar ke 20 di Surabaya, 9-14 September 1954, setelah ketua umum menyampaikan gagasan IPNU dihadapan peserta Muktamar NU.

Untuk memperkokoh organisasi, IPNU melaksanakan Muktamarnya (baca: Kongres) yang pertama pada tanggal 28 Februari 1955 di Malang Jawa Timur. Ikut hadir dalam perhelatan Nasional itu adalah presiden RI Soekarno. Hal ini juga sekaligus pengukuhan IPNU sebagai bagian organisasi pemuda di Indonesia. IPNU pun mulai populer di tengah masyarakat Indonesia. Lebih-lebih, surat kabar dan radio memberitakan pidato Bung Karno pada Muktamar IPNU tersebut.

Sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, beberapa tokoh pendiri IPNU adalah orang-orang yang masih berpendidikan, seperti Mohammad Tolchah Mansur (mahasiswa UGM Yogyakarta), dan Ismail (mahasiswa IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta). Di daerah-daerah juga, para pengurus IPNU saat itu banyak yang dipegang oleh para mahasiswa, seperti Mahbub Djunaedi dan M. Sahal Makmun di Jakarta (mahasiswa UI). Beberapa kader IPNU lainya di Pesantren adalah Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur (Ketua Tanfidziyah PBNU 1984-1999) dan Ilyas Ru’yat dari Jawa Barat (Rais ‘Am 1994-1999).[Sumber: ipnu-sumedang.blogspot.com]والله أعلم بالصواب